BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua orang tua tentunya ingin anaknya hidup sehat. Karena kualitas
hidup sehat juga sangat dipengaruhi oleh pola hidup yang sehat juga.
Semua orangtua paham pentingnya pola hidup sehat untuk anak. Sayangnya
banyak orang tua yang belum menerapkan pola hidup sehat yang tepat.
Psikolog Anak Dr. Rose Mini, M.Psi dalam acara seminar Tupperware
Indonesia dalam rangkaian Roadshow program Aku Anak Sehat (AAS), di Solo
menjelaskan, pola hidup sehat sebenarnya adalah perilaku yang baik
dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk menjaga kesehatan.
“Pola hidup sehat ini adalah perilaku sehari-hari untuk menjaga
kesehatan,” katanya.
Menurutnya ada tiga hal utama yang menjadi pendukung pola hidup sehat
yakni perilaku sehat, pola makan sehat dan penggunaan tempat makan atau
wadah yang sehat juga. Ketiganya bisa diajarkan kepada anak sejak dini
dengan cara yang sederhana. Perilaku sehat meliputi kebiasaan yang sehat
dan lingkungan yang sehat. Sedangkan pola makan sehat meliputi makan
makanan yang sehat dan kebiasaan makan makanan yang sehat. “Semua hal
ini bisa diajarkan kepada anak sejak dini,” jelasnya.
Dia mengatakan, dalam pembentukan pola hidup sehat ini ada empat faktor
pendukung utama yakni orang tua, anaknya sendiri dan lingkungannya.
Tetapi sayangnya saat ini pola hidup sehat sudah mulai terabaikan.
Dengan banyaknya kesibukan orang tua, anak-anak seringkali kurang
mendapatkan perhatian. Termasuk orang tua tidak mengajarkan pola hidup
sehat kepada anak-anaknya. “Seringkali malahan anak ditinggal di rumah
sendirian dengan pengasuhnya,” katanya.
Psikolog anak yang akrab dipanggil Bunda Romi ini juga mengungkapkan,
ketika orang tua terpaksa menitipkan anak kepada pengasuh atau kepada
siapa pun, seharusnya tidak ditinggalkan begitu saja. Ketika akan
meninggalkan anak, seharusnya orang tua punya program, baik menu makan
ataupun kegiatan anak. “Misalnya, pesan nanti makannya ini, terus nanti
diajari ini ya, jangan langsung ditinggal begitu saja,” paparnya.
Sedangkan pada anak yang sudah memasuki jenjang sekolah, penerapan pola
hidup sehat pada anak bisa dilakukan dengan cara yang sederhana. Seperti
penerapan pola makan sehat, yakni dengan meminimalkan konsumsi jajanan
di sekolah yang tidak terjamin kesehatannya. Orang tua juga bisa
memberikan bekal makanan dari rumah. “Dengan diberikan bekal, anak-anak
akan mengurangi jajan di sekolah,” ujarnya.
Dengan bekal yang sehat dan bergizi yang dibawa dari rumah akan
menghindarkan anak dari kontaminasi zat aditif yang kerap terkandung
dalam jajanan sekolah. Mengubah dan mengurangi kebiasaan jajan pada anak
ini memang tidak gampang. Apalagi, saat ini banyak orang tua yang tidak
memiliki waktu untuk mempersiapkan bekal karena sibuk bekerja. “Tetapi
sebenarnya dengan niat hal ini bisa dilakukan,” jelasnya.
Dalam hal ini peranan sekolah yakni para guru, sebagai lingkungan dari
si anak untuk memberikan edukasi tentang makanan sehat ini juga
diperlukan. Anak usia sekolah tentunya akan mengerti jika diberikan
pemahaman. Memang akan sulit menerapkan kebiasaan membawa bekal ini pada
anak yang belum terbiasa. Mungkin mereka akan malu atau lebih memilih
makan jajanan karena rasanya lebih enak. “Tetapi kalau bekal dibuatkan
dengan cinta pasti anak mau memakannya,” jelasnya.
Menurut Romi, jika anak sudah terlanjur hobi jajan maka penerapan pola
makan sehat ini sebaiknya dimulai dari rumah. Orang tua wajib memberikan
contoh tentang hal ini kepada anaknya. “Bagaimana anak tidak meniru,
jika orang tuanya ternyata juga suka jajan,” terang dia.
Selain guru di sekolah, orang tua juga harus memberikan pemahaman kepada
anak. Dengan alasan yang logis dan konkret sesuai dengan kemampuan
anak, anak akan dapat mencerna dengan mudah dan akan bertindak sesuai
dengan arahan yang dimaksud. Strategi-strategi tersebut diperlukan untuk
menghadapi sifat anak-anak yang cenderung tidak menghiraukan.
“Sebenarnya, kunci utama adalah contoh, jadi jika ingin anak memiliki
pola hidup sehat, orang tua harus memulai menerapkan pola hidup sehat
bagi dirinya,” terang dia.
Semua orang tua tentunya ingin anaknya hidup sehat. Karena kualitas
hidup sehat juga sangat dipengaruhi oleh pola hidup yang sehat juga.
Semua orangtua paham pentingnya pola hidup sehat untuk anak. Sayangnya
banyak orang tua yang belum menerapkan pola hidup sehat yang tepat.
Tapi bagaimana kalau si kecil malas sekali cuci tangan, bahkan mandi?
Pola hidup bersih adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah terjadinya penyakit, juga melindungi diri dari
ancaman penyakit. Ingatkan dengan motto, “Kebersihan adalah pangkal
kesehatan”? Bila ingin sehat, ya harus menerapkan pola hidup bersih.
Demikian pula sebaliknya. Di usia ini, orang tua berperan aktif dalam
menerapkan pola hidup bersih, yaitu dengan mengenalkan, mengajarkan, dan
membiasakan pola hidup bersih dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, secara tidak langsung kita sudah membentuk generasi sehat
kelak. Ingat, pembiasaan sejak dini akan terbawa saat anak dewasa. Jadi,
pembiasaan pola hidup bersih dan sehat merupakan investasi besar dan
bermanfaat bagi anak.
Sebaliknya, bila anak tidak diberikan pemahaman tentang hidup bersih,
otomatis ia tidak terbiasa melakukan pola hidup bersih. Akibatnya, ada
banyak gangguan kesehatan yang dialami seperti badan gatal-gatal dan
tubuh lebih mudah terkena penyakit, terutama penyakit kulit. Badan
menjadi bau dan berdaki atau rambut dipenuhi kutu atau ketombe.
Penampilan tidak rapi dan bau badan tidak sedap sehingga dijauhi orang.
Efeknya tidak berhenti sampai di situ. Kondisi anak yang sering sakit
akan mengancam prestasi dan tumbuh kembangnya.
1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan
Maksud penulis dari menulis karya ilmiah ini adalah memberikan wawasan
baru terhadap penulis khususnya dan pembaca yang membaca karya ilmiah
ini umumnya.
Tujuan agar lebih mengetahui bagimana implikasi upaya dalam pembinaan
peserta didik. Unsur tujuan lain (misi) yang meliputi pembinaan unsur:
pengetahuan, kesadaran, sikap keterampilan, kemampuan mengevaluasi dan
keikutsertaan (perilaku) dari peserta didik dalam hubungannya dengan
pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Serta
mengembangkan kebiasaan sehat dan hidup sehat bagi anak di lingkungan
keluarga maupun sekolah.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan antara kebiasaan sehat dan hidup sehat?
2. Bagaimanakah mengembangkan kebiasaan menjaga kebersihan di lingkungan keluarga?
3. Bagaimanakah menumbuhkan sikap peduli pada lingkungan di sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebiasaan Sehat dan Hidup Sehat
Pola hidup sehat merupakan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari
yang bertujuan untuk menjaga kesehatan, dengan memperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi kesehatan. Di antaranya perilaku sehat, pola
makan sehat dan penggunaan wadah sehat.
Apa yang perlu diperhatikan agar anak dapat memiliki pola hidup sehat?
“Tentu saja pendidik/orangtua harus menjadi model/contoh bagi
anak-anaknya atau anak didiknya,” jelas psikolog anak, Dra. Rose Mini,
M.Psi. Tambahan lagi, orangtua atau pendidik juga harus memiliki wawasan
tentang pola hidup sehat dan mengajarkan kepada anak sesuai dengan
kebutuhan dan usianya. Karena, pola pikir anak masih sederhana dan belum
bisa diberi penjelasan yang panjang lebar. Mereka membutuhkan contoh
yang konkret.
Lingkungan pun harus mendukung pola hidup sehat dengan adanya fasilitas
yang mendukung, seperti lingkungan fisik yang bersih, ada tempat sampah,
ada wastafel untuk cuci tangan, dan tidak banyak pedagang jajanan tak
sehat di sekitar sekolah. Juga ada orang-orang yang menjadi model bagi
anak-anak, contohnya, orangtua makan makanan sehat, orangtua membawa
bekal ke tempat kerjanya, guru tidak jajan dan merokok, atau guru tidak
buang sampah sembarangan.
Proses pembelajaran ini harus dilakukan terus-menerus kepada anak-anak
agar mereka lebih mengenal pola hidup sehat. Mengaitkannya dengan hal
yang menyenangkan bagi anak, misalnya membersihkan kamar sambil bermain,
hingga kegiatan ini akan dianggap menyenangkan. Bisa juga dengan
memberikan konsekuensi (reinforcement/penguat ataupun
punishment/hukuman) secara konsisten dan efektif. Misalnya selalu
mendapat pujian setiap kali anak mencuci tangannya.
Pemberian contoh perilaku hidup sehat dimaksudkan agar anak memahami
manfaat hidup sehat melalui contoh perilaku dari orangtua maupun guru.
Orangtua pun harus memberitahu apa manfaat perilaku hidup sehat pada
anak. Dalam pembelajaran ini, orangtua dan guru pada awalnya membangun
interaksi yang baik dengan anak, seperti bersedia membuka diri dan
mendengarkan anak, bersedia menerima masukan dan bertukar pikiran serta
bersedia membantu anak dalam menerapkan pola hidup sehat. Jangan lupa,
orangtua dan guru pun harus memperhatikan usia, karakter, serta minat
anak, yang berbeda pada tiap anak yang membutuhkan pendekatan yang
berbeda pula.
Minat anak pada sesuatu justru bisa dikaitkan dengan pola hidup sehat,
ini juga sekaligus sebagai pembelajaran. Misalnya, anak senang olahraga,
sarankan kepadanya untuk makan makanan yang mengandung energi, tidak
merokok, reinforcement berkaitan dengan kegiatan olahraga. Atau anak
senang membaca, maka kepadanya disarankan untuk makan makangan yang
mengandung banyak vitamin A agar kesehatan mata tetap terjaga,
reinforcement berkaitan dengan kegiatan membaca.
Gunakan selalu metode reinforcement dan punishment secara konsisten.
Bila anak mau mencuci tangan sebelum makan, atau membawa bekal ke
sekolah, anak mendapat reinforcement (pujian, hadiah). Sementara bila
anak tidak mau melakukannya, hilangkan kesempatan melakukan hal yang
disukainya. Sampaikan kepada mereka bahwa apa yang dilakukan adalah
untuk kebutuhannya, untuk kesehatan tubuhnya. Sampaikan alasan yang
konkret dan logis sesuai dengan kematangan berpikir anak. Jelaskan,
misalnya, dengan membawa bekal ke sekolah akan lebih hemat, bisa
bertukar makanan dengan teman, dan tentunya lebih aman dari bakteri yang
akan menyebabkan penyakit.
2.2 Kebiasaan Menjaga Kebersihan di Lingkungan Keluarga
Mengajarkan hidup bersih di rumah dan di sekolah merupakan cara
membiasakan anak agar hidup bersih dan sehat sejak dini, dan diharapkan
hingga dewasa anak akan terbiasa dengan pola tersebut. Mengenalkan arti
penting menjaga kebersihan di sekolah dan di rumah menjadi bagian yang
harus diajarkan orangtua dalam masa pertumbuhan anak.
Sebelum orangtua dan guru memberikan pengertian tentang kebersihan,
sebaiknya di rumah dan di sekolah tersedia peralatan kebersihan, seperti
sabun untuk mencuci tangan dan tempat sampah. Jagalah fasilitas di
rumah seperti kamar tidur, kamar mandi dan toilet agar selalu bersih,
sehingga anak terbiasa dengan kondisi yang bersih.
Langkah awal mengajarkan hidup bersih di rumah dan di sekolah adalah
dengan membiasakan anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau
setelah membuang sampah. Biasakan anak untuk mencuci tangan dan kaki
setiap datang dari bepergian, mau tidur, bangun tidur, atau usai
bermain. Agar anak tidak merasa terpaksa melakukannya, orangtua atau
guru bisa menjelaskan kepada anak mengenai pentingnya mencuci tangan.
Terangkan bahwa saat beraktifitas, banyak bakteri atau telur cacing yang
menempel di tangan dan kaki yang bisa membuat sakit. Penjelasan ini
bisa juga dilakukan melalui cerita atau buku bergambar menarik.
Mengajarkan anak untuk hidup bersih juga termasuk membiasakan anak
membuang sampah pada tempatnya. Di rumah, sediakan tempat sampah di
kamar, kamar mandi, dapur dan halaman depan. Biasakan anak untuk menjaga
kamarnya dan lingkungan rumah tetap bersih, dan biasakan anak membuang
sampah di tempat sampah. Sedangkan di sekolah, sediakan tempat sampah di
kelas dan di halaman sekolah. Ajarkan dan biasakan anak untuk menjaga
kelas agar tetap bersih, serta membuang sampah pada tempatnya. Saat
bepergian, sediakan tong sampah mungil di mobil, atau bawa kantung
plastik sebagai tempat sampah sementara. Mengajarkan hidup bersih di
rumah dan di sekolah bagi anak juga bisa dilakukan dengan membiasakan
anak untuk ikut kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar rumah dan
sekolah.
Salah satu hal penting yang harus diajarkan orang tua kepada anaknya
adalah menerapkan gaya hidup sehat. Semakin cepat mereka belajar gaya
hidup sehat semakin besar kemungkinan mereka akan menerapkannya
disepanjang hidup mereka. Cara terbaik untuk mengajari anak adalah
dengan memberi contoh. Apa yang anak-anak lihat dari orang tua itu yang
akan mereka lakukan. Berikut ini adalah beberapa tips sederhana tentang
apa yang harus Anda ajarkan kepada anak-anak tentang gaya hidup sehat.
a. Anda tidak dapat memiliki kesehatan yang baik tanpa gizi yang baik.
b. Makan buah-buahan dan sayuran mentah sebanyak mungkin.
c. Makan beberapa jenis protein setiap kali makan. (Makan daging yang cukup dan makan lebih banyak ikan)
d. Makanlah dalam porsi kecil setiap hari dengan gizi seimbang.
e. Minum air putih yang cukup setiap hari.
f. Istirahat yang cukup.
g. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya olahraga teratur.
h. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya suplemen.
i. Ajarkan anak-anak Anda bagaimana menghindari stres dan bagaimana menghadapinya ketika hal itu tidak dapat dihindari.
j. Ajarkan anak-anak Anda bahaya dari gula, lemak, dan kafein.
2.3 Menumbuhkan Sikap Peduli Pada Lingkungan di Sekolah
Berbagai krisis saat ini mengancam keberlangsungan kehidupan di Bumi ini
adalah diantaranya krisis global warming, krisis ketersediaan sumber
energi, krisis ketersediaan pangan dan yang lainnya. Krisis ketersediaan
bahan pangan yang menipis lambat laun akan menjadi ancaman serius jika
tidak mendapat penanganan yang serius. Hal tersebut diperparah lagi oleh
pencemaran tanah di beberapa tempat yang sudah melebihi ambang batas.
Salah satu penyebabnya adalah pencemaran tanah oleh sampah plastik.
Saat ini diperkirakan setiap tahun telah diproduksi 500 juta hingga 1
miliar kantung palstik di seluruh dunia. Dengan perkiraan menghabiskan
17 juta barel minyak dan 14 juta pohon ditebang setiap tahun. Sehingga
dapat di bayangkan sampah plastik yang dihasilkan jika dibentangkan akan
dapat menutupi seluruh permukaan Bumi. Sampah plastik tersebut jika
tidak mendapat penanganan yang baik akan dapat menyebabkan pencemaran
tanah dan gangguan kesehatan lainnya.
Kepedulian kepada lingkungan hendaknya dipandang sebagai usaha yang
bersifat berkelanjutan melalui Pendidikan Lingkungan Hidup. Pertemuan
aktivis lingkungan PBB yang berlangsung tanggal 5 - 16 Juni di Stockholm
yang diikuti oleh 113 negara yang menetapkan prinsip-prinsip lingkungan
hidup dan tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup
Sedunia.
Kesadaran tentang pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup juga muncul di
Indonesia. Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses dasar untuk
mengembangkan warga negara agar supaya menyadari dan merasa terpanggil
untuk memperhatikan lingkungan hidup dan masalah-masalah yang menyertai.
Demikian pula hendaknya memiliki pengetahuan, keterampilan motivasi dan
tanggung jawab untuk mengambil tindakan-tindakan pemecahan atas
masalah-masalah lingkungan hidup.
Secara kelembagaan sektor pendidikan dapat mendukung upaya tersebut
secara berkelanjutan. Sikap peduli pada lingkungan diselenggarakan oleh
institusi pendidikan ini adalah perguruan tinggi dan sekolah. Sekolah
dasar adalah salah saut institusi pendidikan dasar yang dapat secara
dini menyelenggarakan pembelajaran yang berbasiskan lingkungan.
Untuk menanamkan sikap peduli kepada lingkungan diintegrasikan ke dalam
Mata Pelajaran BUDI PEKERTI dalam bentuk pembelajaran yang dilaksanakan
melalui pendekatan dan metode yang mengedepankan keterlibatan siswa
secara langsung. Hal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan sikap siswa
yang peduli pada lingkungan dan memiliki keterampilan dasar dalam hal
mewujudkan sikap peduli terhadap lingkungan melalui perilaku. Diantara
pendekatan dan metode tersebut adalah metode proyek, metode penugasan,
melalui pendekatan Contekstual Learning, Project Base Learning dan
sebagainya.
Bagaimana Menumbuhkan Sikap Peduli Anak Indonesia Pada Lingkungan Sekolah?
Pendidikan di Indonesia sama seperti pendidikan di negara lainnya.
Dimulai dari jenjang pra pendidikan formal (Kelompok Bermain, Taman
Kanak-Kanak) dilanjutkan dengan pendidikan dasar (Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama) dan pendidikan lanjut (Sekolah Menengah Atas,
perguruan tinggi). Masa menempuh pendidikan yang panjang itulah yang
membentuk sumber daya manusia di Indonesia. Hampir sebagian waktu
anak-anak dihabiskan di sekolah seumur hidup mereka. Jam belajar yang
sudah setengah hari, ditambah dengan kegiatan ekstrakurikuler dan
kegiatan lain seperti kemah, field trip, bakti sosial yang diadakan oleh
pihak sekolah, dilalui oleh anak-anak. Maka tidak mengherankan jika
sekolah, selain orangtua sebagai lingkup lingkungan terkecil, menjadi
penentu pembentukan pengetahuan, karakter, dan kemampuan anak-anak
Indonesia.
Masa pra pendidikan formal dan masa pendidikan dasar menjadi periode
emas untuk membentuk dan menanamkan banyak hal baik pada anak-anak
sehingga hal baik tersebut bisa menjadi kebiasaan ketika anak-anak
tumbuh semakin dewasa (long lasting behavior). Seorang anak yang biasa
dimotivasi untuk mendapatkan nilai atau peringkat terbaik dari masa
pendidikan dasar akan lebih mudah menyesuaikan diri berkompetisi ketika
masa pendidikan lanjut. Seorang anak yang diarahkan sesuai bakat dan
minatnya sedari pendidikan dasar akan lebih mudah mengembangkan
potensinya ketika mereka memasuki masa pendidikan lanjut. Demikian juga
dengan hal-hal lain yang ditanam sedari mereka kecil akan tertanam,
bertumbuh, dan bertahan menjadi sebuah gaya hidup seiring dengan
pertumbuhan usia mereka.
Sekolah, sebagai instansi yang memiliki tanggung jawab moral
mencerdaskan anak bangsa, berorientasi lebih banyak pada kemampuan
akademis seperti membaca, menulis, dan berhitung. Pelajaran tentang
sains dan ilmu sosial sudah tentu menjadi makanan sehari-hari siswa dan
guru. Namun, jika diperhatikan lebih lanjut, kebutuhan siswa tidak hanya
bicara tentang baca, tulis, hitung. Juga tidak hanya tentang ilmu sains
atau sosial saja. Pengetahuan formal memang penting, namun pengetahuan
tentang kesehatanpun penting untuk dimengerti oleh siswa sedari mereka
ada di tahapan pra pendidikan formal dan pendidikan dasar.
Kebutuhan akan pengetahuan kesehatan seperti apa? Tentu saja yang jarang
disampaikan oleh orangtua. Mengapa orangtua tidak menyampaikan
pengetahuan kesehatan kepada nak mereka? Bisa jadi karena ketidaktahuan
orangtua juga. Contoh pengetahuan kesehatan yang perlu disampaikan
kepada siswa sedari dini adalah pengetahuan tentang cara mencuci tangan
yang benar, pengetahuan tentang cara menggosok gigi dan menyimpan sikat
gigi yang benar setelah digunakan, pengetahuan tentang pentingnya
memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali, pengetahuan tentang makanan
bergizi, pengetahuan tentang lingkungan yang sehat, pengetahuan tentang
bahaya rokok, pengetahuan tentang bahaya jajan sembarangan, bahkan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dini bagi siswa kelas 6 SD yang
beranjak remaja (akil balik). Sekalipun nampaknya sederhana, tapi
kenyataannya tidak banyak orangtua yang mengerjakan perannya dalam
memberikan pengetahuan-pengetahuan kesehatan tersebut kepada anaknya.
Kalaupun ada yang menyampaikan, bisa jadi apa yang disampaikan masih
bersifat sangat dangkal dan sebatas apa yang mereka tahu sebagai orang
awam.
Mengapa ini penting disampaikan sedari masa pendidikan dasar? Karena
pengetahuan tersebut akan lebih mudah diterima oleh anak-anak dan lebih
lama tersimpan dalam memori mereka sehingga ketika mereka tumbuh semakin
besar, mereka akan punya gaya hidup yang sehat seperti kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan tidak
jajan sembarangan, kebiasaan tidak merokok, dan sudah lebih siap
menghadapi masa pubertas. Kebiasaan yang terbentuk sejak kecil akan
membuat seseorang memiliki gaya hidup yang lebih sehat seterusnya. Input
yang mereka terima akan lebih mudah merespon hal-hal positif tentang
hidup sehat.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana menyampaikan pengetahuan
kesehatan pada siswa-siswa ini? Hal tersebut tentu saja bisa ditemukan
solusinya. Masing-masing sekolah tentu punya kurikulum. Pada mata
pelajaran olahraga dapat disisipkan materi tentang pengetahuan
kesehatan, dimana guru dapat menjelaskan materi-materi yang masih
berhubungan dengan kebugaran, misalnya tentang makanan bergizi atau
tentang 4 sehat 5 sempurna. Cara lain yang bisa diupayakan adalah dengan
memaksimalkan peran dokter kecil di Sekolah Dasar. Dokter kecil dapat
dilatih untuk menjadi duta menyikat gigi yang tugasnya adalah
menyosialisasikan dan memperagakan cara menyikat gigi yang benar.
Sekolah dapat mengadakan hari menyikat gigi setiap pekan, misalnya hari
Jumat sebelum masuk kelas. Tentu hal ini harus didukung dengan fasilitas
air bersih yang dimiliki oleh sekolah. Kemudian untuk materi-materi
yang perlu disampaikan secara klasikal, sekolah dapat menyiasati dengan
menggunakan jam pelajaran pada hari yang pendek, misalnya hari Sabtu.
Satu jam pelajaran terakhir di hari Sabtu dapat digunakan untuk
memberikan penyuluhan tentang materi-materi pengetahuan kesehatan. Jika
dibutuhkan tenaga ahli, tinggal menghubungi pihak puskesmas setempat
karena bagian inipun menjadi tanggung jawab puskesmas dalam upaya
promotif dan preventif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semakin dini pengetahuan tentang kesehatan itu ditanamkan pada
anak-anak, semakin mudah untuk mereka memiliki gaya hidup sehat
seterusnya. Ini bukan hanya tanggung jawab orangtua tapi sekolahpun
dapat berperan sangat efektif untuk mengajarkan pengetahuan kesehatan
kepada siswa. Pemerintah, terutama dinas kesehatan tentu tidak mampu
meng-cover semua siswa untuk memiliki gaya hidup sehat sedari dini tapi
sekolah dapat menjadi cara yang sangat efektif. Akhir kata, upaya
promotif-preventif di kalangan siswa membutuhkan peran yang besar dari
pihak sekolah. Maka hendaknya tidak hanya pengetahuan sains, sosial,
baca, tulis, atau hitung saja yang diberikan, tapi juga pengetahuan
kesehatan yang dapat membentuk siswa memiliki gaya hidup sehat sedari
dini. Gaya hidup yang sehat diharapkan dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia jadi semakin baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar