Kamis, 27 Maret 2014

Pola Hidup Sehat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua orang tua tentunya ingin anaknya hidup sehat. Karena kualitas hidup sehat juga sangat dipengaruhi oleh pola hidup yang sehat juga. Semua orangtua paham pentingnya pola hidup sehat untuk anak. Sayangnya banyak orang tua yang belum menerapkan pola hidup sehat yang tepat.
Psikolog Anak Dr. Rose Mini, M.Psi dalam acara seminar Tupperware Indonesia dalam rangkaian Roadshow program Aku Anak Sehat (AAS), di Solo menjelaskan, pola hidup sehat sebenarnya adalah perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk menjaga kesehatan. “Pola hidup sehat ini adalah perilaku sehari-hari untuk menjaga kesehatan,” katanya.
Menurutnya ada tiga hal utama yang menjadi pendukung pola hidup sehat yakni perilaku sehat, pola makan sehat dan penggunaan tempat makan atau wadah yang sehat juga. Ketiganya bisa diajarkan kepada anak sejak dini dengan cara yang sederhana. Perilaku sehat meliputi kebiasaan yang sehat dan lingkungan yang sehat. Sedangkan pola makan sehat meliputi makan makanan yang sehat dan kebiasaan makan makanan yang sehat. “Semua hal ini bisa diajarkan kepada anak sejak dini,” jelasnya.
Dia mengatakan, dalam pembentukan pola hidup sehat ini ada empat faktor pendukung utama yakni orang tua, anaknya sendiri dan lingkungannya. Tetapi sayangnya saat ini pola hidup sehat sudah mulai terabaikan. Dengan banyaknya kesibukan orang tua, anak-anak seringkali kurang mendapatkan perhatian. Termasuk orang tua tidak mengajarkan pola hidup sehat kepada anak-anaknya. “Seringkali malahan anak ditinggal di rumah sendirian dengan pengasuhnya,” katanya.
Psikolog anak yang akrab dipanggil Bunda Romi ini juga mengungkapkan, ketika orang tua terpaksa menitipkan anak kepada pengasuh atau kepada siapa pun, seharusnya tidak ditinggalkan begitu saja. Ketika akan meninggalkan anak, seharusnya orang tua punya program, baik menu makan ataupun kegiatan anak. “Misalnya, pesan nanti makannya ini, terus nanti diajari ini ya, jangan langsung ditinggal begitu saja,” paparnya.
Sedangkan pada anak yang sudah memasuki jenjang sekolah, penerapan pola hidup sehat pada anak bisa dilakukan dengan cara yang sederhana. Seperti penerapan pola makan sehat, yakni dengan meminimalkan konsumsi jajanan di sekolah yang tidak terjamin kesehatannya. Orang tua juga bisa memberikan bekal makanan dari rumah. “Dengan diberikan bekal, anak-anak akan mengurangi jajan di sekolah,” ujarnya.
Dengan bekal yang sehat dan bergizi yang dibawa dari rumah akan menghindarkan anak dari kontaminasi zat aditif yang kerap terkandung dalam jajanan sekolah. Mengubah dan mengurangi kebiasaan jajan pada anak ini memang tidak gampang. Apalagi, saat ini banyak orang tua yang tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan bekal karena sibuk bekerja. “Tetapi sebenarnya dengan niat hal ini bisa dilakukan,” jelasnya.
Dalam hal ini peranan sekolah yakni para guru, sebagai lingkungan dari si anak untuk memberikan edukasi tentang makanan sehat ini juga diperlukan. Anak usia sekolah tentunya akan mengerti jika diberikan pemahaman. Memang akan sulit menerapkan kebiasaan membawa bekal ini pada anak yang belum terbiasa. Mungkin mereka akan malu atau lebih memilih makan jajanan karena rasanya lebih enak. “Tetapi kalau bekal dibuatkan dengan cinta pasti anak mau memakannya,” jelasnya.
Menurut Romi, jika anak sudah terlanjur hobi jajan maka penerapan pola makan sehat ini sebaiknya dimulai dari rumah. Orang tua wajib memberikan contoh tentang hal ini kepada anaknya. “Bagaimana anak tidak meniru, jika orang tuanya ternyata juga suka jajan,” terang dia.
Selain guru di sekolah, orang tua juga harus memberikan pemahaman kepada anak. Dengan alasan yang logis dan konkret sesuai dengan kemampuan anak, anak akan dapat mencerna dengan mudah dan akan bertindak sesuai dengan arahan yang dimaksud. Strategi-strategi tersebut diperlukan untuk menghadapi sifat anak-anak yang cenderung tidak menghiraukan. “Sebenarnya, kunci utama adalah contoh, jadi jika ingin anak memiliki pola hidup sehat, orang tua harus memulai menerapkan pola hidup sehat bagi dirinya,” terang dia.
Semua orang tua tentunya ingin anaknya hidup sehat. Karena kualitas hidup sehat juga sangat dipengaruhi oleh pola hidup yang sehat juga. Semua orangtua paham pentingnya pola hidup sehat untuk anak. Sayangnya banyak orang tua yang belum menerapkan pola hidup sehat yang tepat.
Tapi bagaimana kalau si kecil malas sekali cuci tangan, bahkan mandi?
Pola hidup bersih adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah terjadinya penyakit, juga melindungi diri dari ancaman penyakit. Ingatkan dengan motto, “Kebersihan adalah pangkal kesehatan”? Bila ingin sehat, ya harus menerapkan pola hidup bersih. Demikian pula sebaliknya. Di usia ini, orang tua berperan aktif dalam menerapkan pola hidup bersih, yaitu dengan mengenalkan, mengajarkan, dan membiasakan pola hidup bersih dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, secara tidak langsung kita sudah membentuk generasi sehat kelak. Ingat, pembiasaan sejak dini akan terbawa saat anak dewasa. Jadi, pembiasaan pola hidup bersih dan sehat merupakan investasi besar dan bermanfaat bagi anak.
Sebaliknya, bila anak tidak diberikan pemahaman tentang hidup bersih, otomatis ia tidak terbiasa melakukan pola hidup bersih. Akibatnya, ada banyak gangguan kesehatan yang dialami seperti badan gatal-gatal dan tubuh lebih mudah terkena penyakit, terutama penyakit kulit. Badan menjadi bau dan berdaki atau rambut dipenuhi kutu atau ketombe. Penampilan tidak rapi dan bau badan tidak sedap sehingga dijauhi orang. Efeknya tidak berhenti sampai di situ. Kondisi anak yang sering sakit akan mengancam prestasi dan tumbuh kembangnya.
1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan
Maksud penulis dari menulis karya ilmiah ini adalah memberikan wawasan baru terhadap penulis khususnya dan pembaca yang membaca karya ilmiah ini umumnya.
Tujuan agar lebih mengetahui bagimana implikasi upaya dalam pembinaan peserta didik. Unsur tujuan lain (misi) yang meliputi pembinaan unsur: pengetahuan, kesadaran, sikap keterampilan, kemampuan mengevaluasi dan keikutsertaan (perilaku) dari peserta didik dalam hubungannya dengan pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Serta mengembangkan kebiasaan sehat dan hidup sehat bagi anak di lingkungan keluarga maupun sekolah.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan antara kebiasaan sehat dan hidup sehat?
2. Bagaimanakah mengembangkan kebiasaan menjaga kebersihan di lingkungan keluarga?
3. Bagaimanakah menumbuhkan sikap peduli pada lingkungan di sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebiasaan Sehat dan Hidup Sehat
Pola hidup sehat merupakan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan untuk menjaga kesehatan, dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan. Di antaranya perilaku sehat, pola makan sehat dan penggunaan wadah sehat.
Apa yang perlu diperhatikan agar anak dapat memiliki pola hidup sehat? “Tentu saja pendidik/orangtua harus menjadi model/contoh bagi anak-anaknya atau anak didiknya,” jelas psikolog anak, Dra. Rose Mini, M.Psi. Tambahan lagi, orangtua atau pendidik juga harus memiliki wawasan tentang pola hidup sehat dan mengajarkan kepada anak sesuai dengan kebutuhan dan usianya. Karena, pola pikir anak masih sederhana dan belum bisa diberi penjelasan yang panjang lebar. Mereka membutuhkan contoh yang konkret.
Lingkungan pun harus mendukung pola hidup sehat dengan adanya fasilitas yang mendukung, seperti lingkungan fisik yang bersih, ada tempat sampah, ada wastafel untuk cuci tangan, dan tidak banyak pedagang jajanan tak sehat di sekitar sekolah. Juga ada orang-orang yang menjadi model bagi anak-anak, contohnya, orangtua makan makanan sehat, orangtua membawa bekal ke tempat kerjanya, guru tidak jajan dan merokok, atau guru tidak buang sampah sembarangan.
Proses pembelajaran ini harus dilakukan terus-menerus kepada anak-anak agar mereka lebih mengenal pola hidup sehat. Mengaitkannya dengan hal yang menyenangkan bagi anak, misalnya membersihkan kamar sambil bermain, hingga kegiatan ini akan dianggap menyenangkan. Bisa juga dengan memberikan konsekuensi (reinforcement/penguat ataupun punishment/hukuman) secara konsisten dan efektif. Misalnya selalu mendapat pujian setiap kali anak mencuci tangannya.
Pemberian contoh perilaku hidup sehat dimaksudkan agar anak memahami manfaat hidup sehat melalui contoh perilaku dari orangtua maupun guru. Orangtua pun harus memberitahu apa manfaat perilaku hidup sehat pada anak. Dalam pembelajaran ini, orangtua dan guru pada awalnya membangun interaksi yang baik dengan anak, seperti bersedia membuka diri dan mendengarkan anak, bersedia menerima masukan dan bertukar pikiran serta bersedia membantu anak dalam menerapkan pola hidup sehat. Jangan lupa, orangtua dan guru pun harus memperhatikan usia, karakter, serta minat anak, yang berbeda pada tiap anak yang membutuhkan pendekatan yang berbeda pula.
Minat anak pada sesuatu justru bisa dikaitkan dengan pola hidup sehat, ini juga sekaligus sebagai pembelajaran. Misalnya, anak senang olahraga, sarankan kepadanya untuk makan makanan yang mengandung energi, tidak merokok, reinforcement berkaitan dengan kegiatan olahraga. Atau anak senang membaca, maka kepadanya disarankan untuk makan makangan yang mengandung banyak vitamin A agar kesehatan mata tetap terjaga, reinforcement berkaitan dengan kegiatan membaca.
Gunakan selalu metode reinforcement dan punishment secara konsisten. Bila anak mau mencuci tangan sebelum makan, atau membawa bekal ke sekolah, anak mendapat reinforcement (pujian, hadiah). Sementara bila anak tidak mau melakukannya, hilangkan kesempatan melakukan hal yang disukainya. Sampaikan kepada mereka bahwa apa yang dilakukan adalah untuk kebutuhannya, untuk kesehatan tubuhnya. Sampaikan alasan yang konkret dan logis sesuai dengan kematangan berpikir anak. Jelaskan, misalnya, dengan membawa bekal ke sekolah akan lebih hemat, bisa bertukar makanan dengan teman, dan tentunya lebih aman dari bakteri yang akan menyebabkan penyakit.
2.2 Kebiasaan Menjaga Kebersihan di Lingkungan Keluarga
Mengajarkan hidup bersih di rumah dan di sekolah merupakan cara membiasakan anak agar hidup bersih dan sehat sejak dini, dan diharapkan hingga dewasa anak akan terbiasa dengan pola tersebut. Mengenalkan arti penting menjaga kebersihan di sekolah dan di rumah menjadi bagian yang harus diajarkan orangtua dalam masa pertumbuhan anak.
Sebelum orangtua dan guru memberikan pengertian tentang kebersihan, sebaiknya di rumah dan di sekolah tersedia peralatan kebersihan, seperti sabun untuk mencuci tangan dan tempat sampah. Jagalah fasilitas di rumah seperti kamar tidur, kamar mandi dan toilet agar selalu bersih, sehingga anak terbiasa dengan kondisi yang bersih.
Langkah awal mengajarkan hidup bersih di rumah dan di sekolah adalah dengan membiasakan anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau setelah membuang sampah. Biasakan anak untuk mencuci tangan dan kaki setiap datang dari bepergian, mau tidur, bangun tidur, atau usai bermain. Agar anak tidak merasa terpaksa melakukannya, orangtua atau guru bisa menjelaskan kepada anak mengenai pentingnya mencuci tangan. Terangkan bahwa saat beraktifitas, banyak bakteri atau telur cacing yang menempel di tangan dan kaki yang bisa membuat sakit. Penjelasan ini bisa juga dilakukan melalui cerita atau buku bergambar menarik.
Mengajarkan anak untuk hidup bersih juga termasuk membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya. Di rumah, sediakan tempat sampah di kamar, kamar mandi, dapur dan halaman depan. Biasakan anak untuk menjaga kamarnya dan lingkungan rumah tetap bersih, dan biasakan anak membuang sampah di tempat sampah. Sedangkan di sekolah, sediakan tempat sampah di kelas dan di halaman sekolah. Ajarkan dan biasakan anak untuk menjaga kelas agar tetap bersih, serta membuang sampah pada tempatnya. Saat bepergian, sediakan tong sampah mungil di mobil, atau bawa kantung plastik sebagai tempat sampah sementara. Mengajarkan hidup bersih di rumah dan di sekolah bagi anak juga bisa dilakukan dengan membiasakan anak untuk ikut kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar rumah dan sekolah.
Salah satu hal penting yang harus diajarkan orang tua kepada anaknya adalah menerapkan gaya hidup sehat. Semakin cepat mereka belajar gaya hidup sehat semakin besar kemungkinan mereka akan menerapkannya disepanjang hidup mereka. Cara terbaik untuk mengajari anak adalah dengan memberi contoh. Apa yang anak-anak lihat dari orang tua itu yang akan mereka lakukan. Berikut ini adalah beberapa tips sederhana tentang apa yang harus Anda ajarkan kepada anak-anak tentang gaya hidup sehat.
a. Anda tidak dapat memiliki kesehatan yang baik tanpa gizi yang baik.
b. Makan buah-buahan dan sayuran mentah sebanyak mungkin.
c. Makan beberapa jenis protein setiap kali makan. (Makan daging yang cukup dan makan lebih banyak ikan)
d. Makanlah dalam porsi kecil setiap hari dengan gizi seimbang.
e. Minum air putih yang cukup setiap hari.
f. Istirahat yang cukup.
g. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya olahraga teratur.
h. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya suplemen.
i. Ajarkan anak-anak Anda bagaimana menghindari stres dan bagaimana menghadapinya ketika hal itu tidak dapat dihindari.
j. Ajarkan anak-anak Anda bahaya dari gula, lemak, dan kafein.

Makalah Implikasi Upaya Membina Anak Didik

2.3 Menumbuhkan Sikap Peduli Pada Lingkungan di Sekolah
Berbagai krisis saat ini mengancam keberlangsungan kehidupan di Bumi ini adalah diantaranya krisis global warming, krisis ketersediaan sumber energi, krisis ketersediaan pangan dan yang lainnya. Krisis ketersediaan bahan pangan yang menipis lambat laun akan menjadi ancaman serius jika tidak mendapat penanganan yang serius. Hal tersebut diperparah lagi oleh pencemaran tanah di beberapa tempat yang sudah melebihi ambang batas. Salah satu penyebabnya adalah pencemaran tanah oleh sampah plastik.
Saat ini diperkirakan setiap tahun telah diproduksi 500 juta hingga 1 miliar kantung palstik di seluruh dunia. Dengan perkiraan menghabiskan 17 juta barel minyak dan 14 juta pohon ditebang setiap tahun. Sehingga dapat di bayangkan sampah plastik yang dihasilkan jika dibentangkan akan dapat menutupi seluruh permukaan Bumi. Sampah plastik tersebut jika tidak mendapat penanganan yang baik akan dapat menyebabkan pencemaran tanah dan gangguan kesehatan lainnya.
Kepedulian kepada lingkungan hendaknya dipandang sebagai usaha yang bersifat berkelanjutan melalui Pendidikan Lingkungan Hidup. Pertemuan aktivis lingkungan PBB yang berlangsung tanggal 5 - 16 Juni di Stockholm yang diikuti oleh 113 negara yang menetapkan prinsip-prinsip lingkungan hidup dan tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Kesadaran tentang pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup juga muncul di Indonesia. Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses dasar untuk mengembangkan warga negara agar supaya menyadari dan merasa terpanggil untuk memperhatikan lingkungan hidup dan masalah-masalah yang menyertai. Demikian pula hendaknya memiliki pengetahuan, keterampilan motivasi dan tanggung jawab untuk mengambil tindakan-tindakan pemecahan atas masalah-masalah lingkungan hidup.
Secara kelembagaan sektor pendidikan dapat mendukung upaya tersebut secara berkelanjutan. Sikap peduli pada lingkungan diselenggarakan oleh institusi pendidikan ini adalah perguruan tinggi dan sekolah. Sekolah dasar adalah salah saut institusi pendidikan dasar yang dapat secara dini menyelenggarakan pembelajaran yang berbasiskan lingkungan.
Untuk menanamkan sikap peduli kepada lingkungan diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran BUDI PEKERTI dalam bentuk pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan dan metode yang mengedepankan keterlibatan siswa secara langsung. Hal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan sikap siswa yang peduli pada lingkungan dan memiliki keterampilan dasar dalam hal mewujudkan sikap peduli terhadap lingkungan melalui perilaku. Diantara pendekatan dan metode tersebut adalah metode proyek, metode penugasan, melalui pendekatan Contekstual Learning, Project Base Learning dan sebagainya.
Bagaimana Menumbuhkan Sikap Peduli Anak Indonesia Pada Lingkungan Sekolah?
Pendidikan di Indonesia sama seperti pendidikan di negara lainnya. Dimulai dari jenjang pra pendidikan formal (Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak) dilanjutkan dengan pendidikan dasar (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama) dan pendidikan lanjut (Sekolah Menengah Atas, perguruan tinggi). Masa menempuh pendidikan yang panjang itulah yang membentuk sumber daya manusia di Indonesia. Hampir sebagian waktu anak-anak dihabiskan di sekolah seumur hidup mereka. Jam belajar yang sudah setengah hari, ditambah dengan kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain seperti kemah, field trip, bakti sosial yang diadakan oleh pihak sekolah, dilalui oleh anak-anak. Maka tidak mengherankan jika sekolah, selain orangtua sebagai lingkup lingkungan terkecil, menjadi penentu pembentukan pengetahuan, karakter, dan kemampuan anak-anak Indonesia.
Masa pra pendidikan formal dan masa pendidikan dasar menjadi periode emas untuk membentuk dan menanamkan banyak hal baik pada anak-anak sehingga hal baik tersebut bisa menjadi kebiasaan ketika anak-anak tumbuh semakin dewasa (long lasting behavior). Seorang anak yang biasa dimotivasi untuk mendapatkan nilai atau peringkat terbaik dari masa pendidikan dasar akan lebih mudah menyesuaikan diri berkompetisi ketika masa pendidikan lanjut. Seorang anak yang diarahkan sesuai bakat dan minatnya sedari pendidikan dasar akan lebih mudah mengembangkan potensinya ketika mereka memasuki masa pendidikan lanjut. Demikian juga dengan hal-hal lain yang ditanam sedari mereka kecil akan tertanam, bertumbuh, dan bertahan menjadi sebuah gaya hidup seiring dengan pertumbuhan usia mereka.
Sekolah, sebagai instansi yang memiliki tanggung jawab moral mencerdaskan anak bangsa, berorientasi lebih banyak pada kemampuan akademis seperti membaca, menulis, dan berhitung. Pelajaran tentang sains dan ilmu sosial sudah tentu menjadi makanan sehari-hari siswa dan guru. Namun, jika diperhatikan lebih lanjut, kebutuhan siswa tidak hanya bicara tentang baca, tulis, hitung. Juga tidak hanya tentang ilmu sains atau sosial saja. Pengetahuan formal memang penting, namun pengetahuan tentang kesehatanpun penting untuk dimengerti oleh siswa sedari mereka ada di tahapan pra pendidikan formal dan pendidikan dasar.
Kebutuhan akan pengetahuan kesehatan seperti apa? Tentu saja yang jarang disampaikan oleh orangtua. Mengapa orangtua tidak menyampaikan pengetahuan kesehatan kepada nak mereka? Bisa jadi karena ketidaktahuan orangtua juga. Contoh pengetahuan kesehatan yang perlu disampaikan kepada siswa sedari dini adalah pengetahuan tentang cara mencuci tangan yang benar, pengetahuan tentang cara menggosok gigi dan menyimpan sikat gigi yang benar setelah digunakan, pengetahuan tentang pentingnya memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali, pengetahuan tentang makanan bergizi, pengetahuan tentang lingkungan yang sehat, pengetahuan tentang bahaya rokok, pengetahuan tentang bahaya jajan sembarangan, bahkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dini bagi siswa kelas 6 SD yang beranjak remaja (akil balik). Sekalipun nampaknya sederhana, tapi kenyataannya tidak banyak orangtua yang mengerjakan perannya dalam memberikan pengetahuan-pengetahuan kesehatan tersebut kepada anaknya. Kalaupun ada yang menyampaikan, bisa jadi apa yang disampaikan masih bersifat sangat dangkal dan sebatas apa yang mereka tahu sebagai orang awam.
Mengapa ini penting disampaikan sedari masa pendidikan dasar? Karena pengetahuan tersebut akan lebih mudah diterima oleh anak-anak dan lebih lama tersimpan dalam memori mereka sehingga ketika mereka tumbuh semakin besar, mereka akan punya gaya hidup yang sehat seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan tidak jajan sembarangan, kebiasaan tidak merokok, dan sudah lebih siap menghadapi masa pubertas. Kebiasaan yang terbentuk sejak kecil akan membuat seseorang memiliki gaya hidup yang lebih sehat seterusnya. Input yang mereka terima akan lebih mudah merespon hal-hal positif tentang hidup sehat.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana menyampaikan pengetahuan kesehatan pada siswa-siswa ini? Hal tersebut tentu saja bisa ditemukan solusinya. Masing-masing sekolah tentu punya kurikulum. Pada mata pelajaran olahraga dapat disisipkan materi tentang pengetahuan kesehatan, dimana guru dapat menjelaskan materi-materi yang masih berhubungan dengan kebugaran, misalnya tentang makanan bergizi atau tentang 4 sehat 5 sempurna. Cara lain yang bisa diupayakan adalah dengan memaksimalkan peran dokter kecil di Sekolah Dasar. Dokter kecil dapat dilatih untuk menjadi duta menyikat gigi yang tugasnya adalah menyosialisasikan dan memperagakan cara menyikat gigi yang benar. Sekolah dapat mengadakan hari menyikat gigi setiap pekan, misalnya hari Jumat sebelum masuk kelas. Tentu hal ini harus didukung dengan fasilitas air bersih yang dimiliki oleh sekolah. Kemudian untuk materi-materi yang perlu disampaikan secara klasikal, sekolah dapat menyiasati dengan menggunakan jam pelajaran pada hari yang pendek, misalnya hari Sabtu. Satu jam pelajaran terakhir di hari Sabtu dapat digunakan untuk memberikan penyuluhan tentang materi-materi pengetahuan kesehatan. Jika dibutuhkan tenaga ahli, tinggal menghubungi pihak puskesmas setempat karena bagian inipun menjadi tanggung jawab puskesmas dalam upaya promotif dan preventif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semakin dini pengetahuan tentang kesehatan itu ditanamkan pada anak-anak, semakin mudah untuk mereka memiliki gaya hidup sehat seterusnya. Ini bukan hanya tanggung jawab orangtua tapi sekolahpun dapat berperan sangat efektif untuk mengajarkan pengetahuan kesehatan kepada siswa. Pemerintah, terutama dinas kesehatan tentu tidak mampu meng-cover semua siswa untuk memiliki gaya hidup sehat sedari dini tapi sekolah dapat menjadi cara yang sangat efektif. Akhir kata, upaya promotif-preventif di kalangan siswa membutuhkan peran yang besar dari pihak sekolah. Maka hendaknya tidak hanya pengetahuan sains, sosial, baca, tulis, atau hitung saja yang diberikan, tapi juga pengetahuan kesehatan yang dapat membentuk siswa memiliki gaya hidup sehat sedari dini. Gaya hidup yang sehat diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia jadi semakin baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulang Bawang Lampung

Humas